kotak iklan advertsing box pegadaian 728x90aguswahono pegadaian
Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan

Menentukan Arah Kiblat dengan Bantuan Matahari

Agus Wahono 01.39.00 Add Comment
sholat kiblat - agus wahono pegadaian
Tahukah anda, jika anda hidup di wilayah indonesia dan sekitarnya, pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah. Semakin jauh kita dari Ka’bah lencengan arah ini akan semakin besar. Jadi, sangat dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan arah kiblat ini, baik bagi masjid dan mushola maupun ketika kita sholat di rumah atau kantor.

Untungnya menentukan arah kiblat dengan tepat itu tidak sulit. Tidak perlu alat canggih. Dengan berbekal sinar matahari, kita bisa menentukannya dengan amat teliti. Cara ini bahkan bisa lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan kompas yang sangat mudah terpengaruh dengan medan magnet di sekitarnya.

Cara menentukan arah kiblat adalah menancapkan tonggak tegak lurus di atas tanah. Bayangan tonggak yang terlihat itulah arah kiblat. Jangan lupa letakkan kompas di atas permukaan tanah untuk mengukur derajat kiblat. Dari percobaan itu, arah kiblat Indonesia untuk waktu Indonesia barat berada di 291 derajat dari arah utara.

Istiwa A’zham Persinggahan Utama Saat Matahari Tepat di Atas Kabah

Agus Wahono 01.07.00 Add Comment
berita sholat - agus wahono pegadaian
Dalam satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini merupakan pengetahuan yang sudah tua umurnya. Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak yang mengetahui. Dalam bahasa arab disebut sebagai peristiwa Istiwa A’zham (Persinggahan Utama). Peristiwa ini juga disebut "rashdul qiblah".

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Artinya, semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana telah menghadapkan wajahnya ke kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis membelakangi arah kiblat.

Bagi yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB. Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya).

27 Mei Matahari Tepat di Atas Kabah, Momen Tepat Ukur Ulang Arah Kiblat Anda

Agus Wahono 01.07.00 Add Comment
Sebuah fenomena alam akan terjadi pada hari Jumat, 27 Mei 2016. Menurut perhitungan astronomis, pada pukul 16:18 WIB hari itu akan terjadi fenomena “Istiwa A’zham” atau “Rashdul Kiblat” yaitu saat dimana posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah. Pgs.Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Ditjen Bimas Islam dalam press release-nya mengatakan, momentum tersebut merupakan saat yang tepat untuk memverifikasi arah kiblat di Masjid atau Mushalla, sebab bayangan benda pada saat itu akan mengarah lurus ke Ka’bah. Sehubungan dengan itu, Amin berpesan kepada umat Islam yang akan memperbaiki arah kiblatnya agar disesuaikan dengan bayang-bayang benda pada saat itu. Amin juga menambahkan terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran arah kiblat tersebut, yaitu pertama, memastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar tegak lurus, untuk hal ini masyarakat bisa menggunakan bandul sebagai alat bantu. Kedua, pastikan bahwa permukaan dasar betul-betul datar dan rata, sehingga bayang-bayang benda tidak bergelombang. Terakhir, waktu pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom, agar benar-benar tepat dengan momentum rashdul kiblat. Untuk diketahui, selain memanfaatkan fenomena Rashdul Kiblat, teknik lain yang dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat adalah dengan menggunakan kompas atau theodolite, hanya saja teknik ini lebih rumit sehingga memerlukan keahlian khusus. (sigit/bimasislam)

Isra’ Mi’raj dan Perintah Shalat 5 Waktu

Agus Wahono 10.24.00 Add Comment
History Muhammad SAW aswaja aguswahono pegadaian

“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis),” (QS. Al-Isra: 1).

ANNAS bin Malik mengatakan, Rasulullah ﷺ bersabda: Allah memerintahkan shalat sebanyak 50 waktu sebagai kewajiban atasku dan umatku.” Setelah menerima perintah (shalat) itu Nabi ﷺ kembali berpapasan dengan Nabi Musa as seraya berkata: Apa yang diwajibkan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Nabi Saw menjawab, “Shalat sebanyak 50 waktu.”
Nabi Musa berkata, “Kembalilah menghadap Tuhanmu, sesungguhnya umatku tidak akan sanggup melaksanakannya.” Maka Nabi Muhammad ﷺ kembali dan meminta keringanan pada Tuhannya seperti yang disarankan oleh Nabi Musa. Kemudian Allah memberikan keringanan sehingga jumlahnya menjadi separuhnya.
Setelah itu Nabi ﷺ kembali bertemu Musa as, dan menyarankan agar meminta keringanan pada Tuhannya untuk kedua kalinya. “Kembalilah kepada Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.”
Lalu Nabi ﷺ lagi-lagi menemui Tuhannya untuk memohon keringanan, dan Allah memberi keringanan menjadi lima waktu. Allah berfirman: “Inilah lima waktu shalat yang wajib, nilainya sama dengan lima puluh waktu dan kalam-Ku tidak dapat berubah lagi.”
Lagi Nabi ﷺ bertemu Nabi Musa as, dan lagi-lagi Musa meminta Nabi Muhammad ﷺ agar meminta keringanan untuk ketiga kalinya. Tapi kali ini Nabi ﷺ tidak menemui Tuhannya untuk memohon keringaan yang kesekian kalinya seperti yang disarankan Musa as. Nabi ﷺ berkata: “Aku sangat malu bertemu Tuhanku.”
Setelah itu Jibril membawa Nabi Muhammad ﷺ ke Sidratul Muntaha yang diselimuti berbagai warna yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Setelah itu, Nabi ﷺ diizinkan masuk kedalam surga, di dalamnya ditemukan tembok-tembok kecil yang terbuat dari mutiara dan tanahnya mengeluarkan wangi kesturi.” (HR. Bukhari).

Melihat Penghuni Neraka
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi dengan rohani dan jasmani, bukan mimpi dalam tidur. Bagi orang yang beriman, peristiwa ini dialami Rasulullah dalam keadaan sadar dan terjaga. Ketika itu terjadi perdebatan sengit di antara para sahabat, bahkan tak sedkit yang murtad.
Kaum orientalis kemudian melontarkan sejumlah pertanyaan sinis seperti ini: Kenapa peristiwa Isra’ Miraj terjadi di malam hari, kenapa tidak di siang hari agar bisa dilihat dan diyakini orang? Kalau memang mu’jizat itu terjadi dengan kekuatan Allah, kenapa terjadi dalam semalam, bukan sekejab mata?
Ketika orang lain meragukan dan mengingkari kisah perjalanan ghaib Rasulullah ke Sidratul Muntaha, sahabat Abu Bakar As-Shiddiq lah yang membenarkan kabar tersebut.

Dalam perjalanan mi’rajnya, Rasulullah melewati suatu kaum yang sedang bercocok tanam dan sedang menuai pada hari itu juga. Setiap kali mereka tuai, setiap itu pula tanaman tersebut tumbuh kembali, seperti sebelum menuai. Lalu Rasulullah bertanya kepada Jibril. “Siapa mereka itu ya Jibril? Jibril menjawab, “Mereka adalah kaum mujahidin fi sabilillah. Pahala yang diberikan kepada mereka berlipat ganda hingga 700 kali lipat.”
Kemudian, Rasulullah juga melihat seorang wanita tua. Pada kedua lengannya berderet perhiasan yang mempesona. Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril, lalu Jibril menjawab, “Ia adalah dunia dengan berbagai perhiasan yang ada padanya.”
Selanjutnya, Rasulullah melihat orang yang sedang memukul kepala dengan batu hingga pecah. Dari pecahan kepala itu mengucur banyak darah. Lalu kepada itu kembali sediakala, setelah itu kembali memukul kepalanya dengan batu hingga berdarah dan seterusnya hingga berkali-kali. Rasulullah bertanya kepada Jibril. “Siapa mereka ya Jibril? Jibril menjawab, mereka adalah orang yang bermalas-malasan dalam menunaikan shalat wajibnya.”
Dalam Mi’rajnya, Rasulullah juga melihat suatu kaum yang memotong-motong lidah dan bibirnya sendiri dengan menggunakan gunting dari besi. Setiap kali lidah dan bibirnya terpotong, setiapkali itu pula bibir dan lidahnya kembali seperti sediakala, lalu dipotong lagi dan seterusnya. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, mereka adalah penceramah dan ahli pidato fitnah yang kerjanya menyuruh orang mengerjakn sesuatu, tapi mereka tidak melakukannya. Mereka orang yang suka ceramah, tapi tidak sesuai dengan kata dan perbuatannya.
Kemudian, Rasulullah melihat seekor banteng besar keluar dari dalam perut yang besar, lalu banteng itu ingin masuk lagi, tapi tak bisa, Rasulullah terheran-heran. Maka beliau bertanya kepada Jibril dan dijawab, “Ia adalah perumpaan seorang yang berjanji dan bersumpah, tapi tak mampu ditunaikan.
Rasulullah juga melihat suatu kaum berenang di lautan darah. Mereka berenang disana dan memakan batu-batuan ke dalam mulutnya. Nabi ﷺ bertanya kepada Jibril tentang mereka, lalu dijawab, “Mereka adalah pemakan uang riba.”
Lanjut, Rasulullah melihat orang-orang yang meninggalkan daging segar dan mengerumuni daging busuk. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, “Mereka adalah para pezina. Lelaki yang mempunyai istri halal dan sehat, tetapi ditinggalkan dan mencari perempuan haram yang berpenyakit. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang mempunyai suami yang halal dan sehat, tapi dia mencari lelaki yang haram di jalan.”
Tak lama kemudian, Rasulullah melihat seorang lelaki sedang memikul barang yang tidak kuat dipikulnya, namun ia masih menambah pikulannya itu dengan memasukkan barang-barang lain. Rasulullah bertanya tentang orang itu, dan Jibril menjawab, “Ia adalah orang yang sedang membawa amanat meskipun tidak sanggup ditunaikan. Bebannya sudah berat, ia tambah lagi dengan amanat yang baru.” [Desastian/Islampos]

Isra Miraj : Peristiwa dan Hikmah bagi Umat Muslim

Agus Wahono 09.45.00 Add Comment
khazanah kewajiban sholat aguswahono pegadaian
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al-Isra [17]: 1).

Setiap tanggal 27 Rajab, umat Islam memperingati peristiwa Isra Mi’raj. Menurut cendekiawan Muslim Prof DR KH Didin Hafidhuddin MSc peristiwa ini adalah peristiwa mukjizat terbesar kedua yang diterima Rasulullah SAW setelah Alquran. Karena itu, maka peristiwa Isra diabadikan dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 1. Sedangkan peristiwa Miraj diabadikan dalam Surat An-Najm ayat 13 dan 14.
Ada beberapa hikmah dan pelajaran penting dari peristiwa ini. Yang pertama, kata dia, peristiwa ini adalah menunjukkan ke-Mahakuasaan dan kebesaran Allah. Dia akan mengangkat derajat setinggi-tingginya hamba-Nya yang ingin menjadi Abdullah yakni orang yang mewakafkan dirinya untuk kepentingan agama Allah,'' tandas Direktur Pasca Sarjana UIKA Bogor.
Ia juga mengatakan, Abdullah atau hamba Allah adalah gelar tertinggi yang harus diraih oleh setiap Mukmin. ''Jadi, gelar tertinggi itu bukan profesor atau doktor dan juga bukan kiai, bukan ustaz tapi gelar yang tertinggi adalah menjadi hamba Allah.
Hamba Allah, kata dia, artinya ia hanya ingin dikendalikan oleh Allah SWT. Artinya dia menafikan pengendalian-pengendalian lainnya. Hamba Allah yang baik dia tidak akan dikendalikan oleh harta, oleh jabatan, kedudukan sehingga dia tidak menjadi abdul mal (hamba harta), abdul kursi (hamba jabatan), abdul butun (hamba syahwat), dan lain sebagainya.

Menurut Didin, memaknai peristiwa Isra Miraj itu sangat perlu, mengingatkan kembali bahwa diri kita harus menjadi hamba Allah. Kalau Indonesia ingin baik, kalau Indonesia ingin sejahtera, maka pemimpin-pemimpinnya harus menjadi hamba Allah. Jangan menjadi abdussiyasah (hamba politik), abdul mulk (hamba kekuasaan).
Kalau orang sudah menjadi hamba Allah, kata dia, gerakannya akan lurus, visi-mis hidupnya juga akan jelas. Tapi kalau menjadi hamba politik praktis apalagi pragmatis dia tidak akan jelas visi-misinya, akan serba ragu dalam mengambil tindakan. Dan ini yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Sementara itu, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Dr Ahmad Satori, mengungkapkan, hikmah penting dari Isra Mi’raj adalah kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.
Hikmah kedua, untuk mengingatkan bahwa umat Islam dalam kegiatan dan aktivitasnya harus dimulai dari masjid dalam rangka mencapai satu kebangkitan. Tanpa itu, umat Islam tidak mungkin akan bangkit. Dalam Isra Mi’raj ada perintah penting berkaitan dengan perintah shalat. ''Shalat adalah Mi'rajul Mukmin. Seorang Mukmin kalau ingin derajatnya naik, umat Islam kalau derajatnya ingin leading maka hendaknya memperkokoh hubungan dengan Allah SWT,'' ujar guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia juga menambahkan selama perjalanan Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW diperlihatkan problematika yang dihadapi pada masa yang akan datang.''Orang-orang yang banyak ngomong, tidak banyak bekerja, begini akibatnya. Orang yang suka nyeleweng, begini akibatnya. Semuanya itu dijadikan zsebuah antisipasi bagi Nabi Muhammad SAW supaya umatnya berhati-hati terhadap berbagai macam yang akan menggodanya kelak di zaman akhir.''
Sumber : Pusat Data Republika